BAB I
PENGERTIAN QADARIAH
Qadariah sendiri muncul pada
TH. 70 H / 689 M
Qadariyah berasal dari
bahasa arab, yaitu dari bahasa qadara yang artinya kemampuan dan kekuatan.
Adapun menurut pengertian termonologi, Qadariyah adalah suatu aliran yang
percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi oleh tuhan. Aliran ini
berpendapat bahwa tiap-tiap manusia adalah pencipta bagi segala perbuatannya;
ia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya atas kehendaknya sendiri,
berdasarkan pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa Qadariyah dipakai untuk
nama aliran yang memberi penekanan atas kebebasan dalam hal ini, Harun Nasution
menegaskan bahwa kaum Qadariyah berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai
qudrah atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari
pengertian bahwa manusia harus tunduk pada qadar tuhan.
Seharusnya sebutan Qadariyah
diberikan kepada aliran yang berpendapat bahwa qadar menentukan segala tingkah
laku manusia, baik yang bagus maupun yang jahat.
Namun sebutan tersebut telah
melekai kaum sunni, yang percaya bahwa manusia mempunyai kebebasan berkehandak.
Menurut Ahmad Amin, sebutan ini diberikan kepada para pengikut faham qadar oleh
lawan mereka dengan merujuk hadis yang menimbulkan kesan negatif bagi nama Qadariyah.
Kelahiran qadariah sendiri merupakan isyarat
penentangan terhadap politik pemerintahan Bani Umayyah, walaupun kaum qadariah
sendiri selalu mendapatkan tekanan dari pemerintahan Bani Umayyah namun kaum
ini tetap selalu bisa berkembang.
Golongan ini sendiri menyatakan bahwa tidak
ada alasan yang tepat untuk menyadarkan segala perbuatan manusia kepada
perbuatan tuhan.
BAB II
SEJARAH MUNCULNYA KAUM QADARIAH
Paham qadariah itu sendiri muncul akibat
pengaruh dari orang luar (orang nasrani yang masuk islam kemudian berbalik ke
nasrani lagi). Muhammad ibn syu’aid yang memperoleh informasi dari Al-Auza’i
mengatakan bahwa mula orang yang membawa atau memperkenalkan paham qadariah
dalam kalangan islam itu sendiri adalan “SUSAN” seperti yang dijelaskan diatas,
dia adalah orang nasrani yang masuk islam dengan tujuan mempengaruhi dan
kemudian kembali lagi keagamanya lagi (Murtad). Dan dari orang inilah petama
kalinya Ma'bad ibn Khalif al-Juhani al-Basri dan Ghailan
al-Dimasyqi memperoleh
paham tersebut. Dan lahirnya qadariah itu sendiri dipengaruhi oleh paham bebas
yang berkembang dikalangan pemeluk agama masehi (Nestoria).
Ma’bad Al-jauhani dan Ghailan
Ad-Dimasyqi, menurut watt adalah penganut Qadariyah yang hidup setelah Hasan
Al-Basri. Kalau dihubungkan dengan keterangan Adz-Dzahabi dalam Mizan
Al-I’tidal, seperti dikutip Ahmad Amin yang menyatakan bahwa Ma’bad Al-Jauhani
pernah belajar pada Hasan Al-Bashri, maka sangat mungkin faham Qadariyah ini
mula-mula dikembangkan oleh Hasan Al-Bashri, dengan demikian keterangan yang
ditulis oleh ibn Nabatah dalam Syahrul Al- Uyun bahwa faham Qadariyah berasal
dari orang irak kristen yang masuk islam kemudian kembali lagi kekristen, adalah
hasil rekayasa orang yang tidak sependapat dengan faham ini agar orang-orang
yang lain tidak tertarik dengan pikiran Qadariyah. Lagipula menurut Kremer,
seperti dikutip Ignaz Goldziher.
Golongan
Qadariyah ini mengingkari Allah mengetahui perbuatan-perbuatan sebelum
terjadinya dan meyakini Ia belum menentukannya. Mereka mengatakan, Tidak ada
takdir, bahwa semua kejadian itu baru. Yaitu kejadian itu baru, tidak
didahuluhi oleh takdir dan tidak diketahui Allah sebelumnya. Allah hanya
mengetahui setelah adanya kejadian itu. Mereka berkeyakinan Allah tidak menciptakan
perbuatan-perbuatan hamba-Nya dan takdir-Nya tidak berkaitan dengannya.
Dalam hal ini Max Hortan berpendapat, bahwa
teologi Masehi di dunia Timur pertama-tama menetapkan kebebasan manusia dan
pertanggungan jawabnya yang penuh dalam segala tindakannya. Karena dalil-dalil
mengenai pendapat ini memuaskan golongan bebas Islam (Qadariyah), maka mereka
merasa perlu mengambilnya.
Menurut
al-Zahabi dalam kitab Mizan al-l'tidal yang dikutip oleh Ahmad Amin,
bahwa Ma'bad al-Juhani adalah seorang tabi'in yang dapat dipercaya (baik),
tetapi dia telah memberi contoh dengan hal yang tidak terpuji, yaitu mengatakan
tentang tidak adanya qadar bagi Tuhan. Dialah penyebar paham Qadariyah di Irak.
Adapun
Ghailan al-Dimasyqi (Abu Marwan Gailan ibn Muslim) adalah penyebar paham
Qadariyah di Damaskus. Dia seorang orator, maka tidak heranlah jika banyak
orang yang tertarik untuk mengikuti pahamnya.
Ada dua
motif timbulnya paham Qadariyah ini, menurut hemat penulis disebabkan oleh 2
faktor. Pertama, faktor extern yaitu agama Nasrani, dimana jauh sebelumnya
mereka telah memperbincangkan tentang qadar Tuhan dalam kalangan mereka. Kedua,
faktor intern, yaitu merupakan reaksi terhadap paham Jabariyah dan merupakan
upaya protes terhadap tindakan-tindakan penguasa Bani Umayah yang bertindak
atas nama Tuhan dan berdalih kepada takdir Tuhan.
Apakah
dengan kematian tokoh-tokohnya dan besarnya gelombang tantangan terhadapnya,
kemudian paham Qadariyah ini mati atau terhenti? Memang benar secara
organisasi/aliran mereka tidak berwujud lagi, tetapi existensi ajarannya masih
tetap berkembang, yaitu dianut oleh kaum Mu'tazilah. Bidah
Qadariyah mempunyai dua konsepsi pokok yaitu,
Pertama : Mengingkari ilmu Allah
Pertama : Mengingkari ilmu Allah
Kedua :
Hamba-hambalah yang menciptakan perbuatan-perbuatan mereka dengan sendirinya (tanpa
ada kaitannya dengan takdir Allah)
Perbedaan
mereka dengan salaf adalah terletak pada konsepesi mereka yang menyatakan bahwa
pebuatan-perbuatan hamba-hamba telah ditakdirkan untuk mereka dan dari hasil
usaha mereka sendiri tidak ada kaitannya dengan kekuasaan Allah. Kebatilan
madzhab yang terahir ini lebih ringan daripada madzhab pertama. Ibnu Taimiyah
menjelaskan maksud perkatakaan-perkataan salaf yang mengafirkan Qadariy, “Para
ulama salaf mengkafirkan golongan Qadariyah yang menolak al-Kitab dan ilmu
Allah dan mereka tidak menvonis kafir seorang (Qadariy) yang menetapkan ilmu
Allah dan seorang Qadariy yang mengingkari perbuatan-perbuatan hamba itu
ciptaan Allah.
Imam
Syafi’i, Imam Ahmad dan para imam yang lainnya menvonis kafir seorang Qadariy
yang mengingkari ilmu Allah yang terdahulu. Golongan Qadariyah telah hilang,
akan tetapi Mu’tazilah membangun konsepsinya di atas konsepsi Qadariyah dan
menyebarluaskannya. Dengan demikian kita dapat memprediksikan bahwa Mu’tazilah
mewarisi ilmu dari Qadariyah. Oleh karena itu Mutazilah disebut juga Qadariyah.
Berikut beberapa
dalil yang mereka pakai :
“Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada
peperangan Uhud), Padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada
musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: "Darimana datangnya
(kekalahan) ini?" Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) dirimu
sendiri".
Sesungguhnya
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Ali Imran [3]: 165)
“Barangsiapa yang mengerjakan dosa, Maka Sesungguhnya ia mengerjakannya untuk (kemudharatan) dirinya sendiri. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”(QS. An-Nisa [4]:111)
“Barangsiapa yang mengerjakan dosa, Maka Sesungguhnya ia mengerjakannya untuk (kemudharatan) dirinya sendiri. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”(QS. An-Nisa [4]:111)
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang
selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya
atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila
Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS.
Ar-Ra’du [13]:11)
“Dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya
dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan
Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah
sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka.
dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air
seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling
buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.” (QS. Al-Kahfi [18]:
Menurut Ahmad Amin, ada ahli
teologi yang mengatakan bahwa Qadariyah pertama kali dimunculkan. Oleh Ma’bad
Al-Jauhani dan Ghailan Ad-Dimasyqy. Ma’bad adalah seorang taba’i yang dapat
dipercaya dan pernah berguru pada Hasan Al-Basri. Adapun Ghalian adalah seorang
orator berasal dari Damaskus dan ayahnya menjadi maula Usman bin Affan.
Ibnu Nabatah dalam kitabnya Syarh Al-Uyum, seperti dikutip Ahmad Amin,
memberi informasi lain bahwa yang pertama kali memunculkan faham Qadariyah
adalah orang Irak yang semuala beragama kristen kemudian beragama islam dan
balik lagi keagama kristen. Dari orang inila Ma’bad dan Ghailan mengambil faham
ini. Orang irak yang dimaksud, sebagaimana dikatakan Muhammad Ibnu Syu’i
Sementara itu, W. Montgomery watt menemukan dokumen lain melalui tulisan
Hellmut Ritter dalam bahasa jerman yang dipublikasikan melaului majalah Der
Islam pada tahun 1933. Artikel ini menjelaskan bahwa faham Qadariyah terdapat
dalam kitab Risalah dan ditulis untuk Khalifah Abdul malik olah Hasan Al-Basri
termasuk orang Qadariyah atau bukan. Hal ini memang menjadi perdebatan, namun
yang jelas, berdasarkan catatannya terdapat dalam kitab Risalah ini ia percaya
bahwa manusia dapat memilih secara bebas memilih antara berbuat baik atau
buruk.
BAB
III
DOKTRIN-DOKTRIN
QADARIAH
Dalam
kitab Al-Milal wa An-Nihal , pembahasan masalah Qadariyah disatukan dengan
pembahasan tentang doktrin-doktrin Mu’tazilah, sehingga perbedaan antara kedua
aliran ini kurang begitu jelas. Ahmad Amin juga menjelaskan bahwa doktrin qadar
lebih luas di kupas oleh kalangan Mu’tazilah sebab faham ini juga menjadikan
salah satu doktrin Mu’tazilah akibatnya, orang menamakan Qadariyah dengan
Mu’tazilah karena kedua aliran ini sama-sama percaya bahwa manusia mempunyai
kemampuan untuk mewujudkan tindakan tanpa campur tangan tuhan.
Harun Nasution menjelaskan pendapat Ghailan
tentang doktrin Qadariyah bahwa manusia berkuasa atas perbuatan-perbuatannya.
Mansuia sendiri pula melakukan atau menjauhi perbuatan atau kemampuan dan
dayanya sendiri. Salah seorang pemuka Qadariyah yang lain , An-Nazzam ,
mengemukakan bahwa manusia hidup mempunyai daya dan ia berkuasa atas segala
perbuatannya.
Dari beberapa penjelasan diatas ,dapat di pahami
bahwa segala tingkah laku manusia dilakukan atas kehendaknya sendiri. Mansuia mempunyai
kewenangan untuk melakun segala perbuatan atas kehendaknya sendiri, baik
berbuat baik maupun berbuat jahat. Oleh karena itu, ia berhak mendapatkan
pahala atas kebaikan yang dilakukannya dan juga berhak mendapatkan pahala atas
kebaikan yang dilakukannya dan juga berhak pula
Pokok-pokok
ajaran Qodariah, menurut Prof.Dr.Ahmad dalam bukunya “Fajrul Islam” di
kelompokkan terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
1.Tentang
perbuatan manusia
Menurut Qodariah, bahwa manusia
mempunyai kebebasan untuk berbuat dan bertindak. Oleh karena itu manusia bertanggung
jawab sepenuhnya atas perbuatan sendiri. Manusia itu bebas berbuat atau tidak
berbuat.
Itulah
sebabnya manusia berhak menerima pujian dan pahala atas perbuatannya yang baik,
dan menerima celaan atau hukuman atas perbuatannya yang salah.
2.Tentang
dosa besar
Perbuatan dosa besar yang
dilakukan oleh seorang mukmin kemudian mati
sebelum taubat maka orang tersebut kafir.
3.Tentang
keesaan tuhan
Menurut faham Qodoriah bahwa allah
itu esa dalam arti lain allah itu tidak mempunyai sifat wajib dan jaiz. Menurut
mereka allah itu mengetahui, berkuasa, hidup, mendengar dan melihat dengan dzat
nya sendiri.
Pendapat
yang menyatakan bahwa allah memiliki sifat qadim, mennurut Qodoriah sama dengan
mengatakan bahwa allah itu lebih dari satu dan tidak bersekutu dengan segala
hal.
4.Tentang
akal manusia
Menurut Qodoriah bahwa akal
manusia mampu mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, walaupun allah
tidak menurunkan agama. Sebab, kata mereka sesuatu ada memiliki sifat yang
menyebabkan baik atau buruk misalnya “benar” itu memiliki sifat yang
menyebabkan baik, dan sebaliknya, “bohong” itu jjuga memiliki sifat sendiri
yang menyebabkan buruk.
BAB
IV
TOKOH-TOKOH
QADARIAH
1.
Abdullah ibn Umar
2.
Jabir ibn Abdullah
3.
Abu Hurairah
4.
ibn Abbas
5.
Anas ibn Malik
6.
Ma'bad ibn Khalif al-Juhani al-Basri
7.
Ghailan al-Dimasyqi
8.
Hasan Al-Bashri
9.
LATAR BELAKANG
Akhir-akhir ini banyak sekali orang-orang
yang tidak mengerti sejarah tentang peradaban umat islam itu sendiri. Padahal
jika kita membaca sejarah umat islam yang lalu, apalagi sejarah awal mulanya
islam mengenal tentang politik, itu sangat berguna sekali bagi kedepannya umat
islam, agar umat islam itu sendiri tidak sampai terjatuh kedua kalinya,karna
pada masa lalu, perbuatan-perbuatan orang-orang islam banyak yang ‘’nyeleneh’’ atau keluar dari tuntunan-tuntunan
mereka (al-qur’an & al-hadist).
Maka dari itu kita harus tahu sejarah, karna dengan mempelajarinya kita akan
lebih tahu dan bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan ini
kami disini akan membahas sebagian dari sejarah umat islam yang salah satunya
adalah kaum ‘’qadariah’’. Kaum qadariah itu sendiri adalah kaum yang menolak
akan adanya qadar dari tuhan,untuk lebih lengkapnya marilah kita baca makalah
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Harun Nasution,Teologi Islam ,Aliran-aliran sejarah :IAIN
Jakarta,Ciputat,10 Desember 1978
Abu Zahra,Muhammad
Ahad,Al-Mazahid Al-Islamiah,Kairo:Maktabah
Al-Adab,1964
KESIMPULAN
Jadi kaum qadariah itu sendiri adalah kaum
yang tidak mengakui akan adanya qadar dari tuhan. Golongan qadariah ini
perbuatannya mengingkari Allah. Mereka menganggap bahwa apa yang teradi
terhadap diri manusia itu sendiri semua adalah hal-hal yang baru,jadi mereka
tidak menganggap Allah swt tidak pernah menciptakan qadar dan menganggap Alllah
swt tahu akan suatu kejadian setelah perbuatan itu sendiri terjadi. Mereka berkeyakinan Allah tidak menciptakan
perbuatan-perbuatan hamba-Nya dan takdir-Nya tidak berkaitan dengannya. Jadi
golongan qadariah ini adalah golongan yang kafir,bagaimana tidak,yang mempunyai
fikiran pertama atau yang menciptakan kaum qadariah ini sendiri adalah orang
yang murtad, malah lebih hina dari pada mahluk Allah yg paling hina. Karna dia
adalah orang nasrani yang masuk islam dan menyebarkan paham yang kafir dan
setelah itu dia keluar dari islam dan kembali lagi ke agamanya semula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar